Gw selalu suka sastra.
Walaupun gw bisa jadi tidak memaknainya dengan baik dan benar
Walaupun itu tidak tercermin dari bahasa sehari-hari gw yang cenderung nyablak dan urakan
Walaupun gw belum tentu mencapai kedalaman yang maksimal di penyelaman itu
Dan seperti sebelum-sebelumnya; gw selalu suka Dewi "Dee" Lestari. Ini bukan media promosi, walaupun entah bagaimana mungkin gw akan membeberkan sisi positifnya, tapi Tante Dee gak bayar gw kok.
Ya, gw selalu tenggelam, dan gw selalu merasa itu dalam. Namun seperti yang gw bilang sebelumnya; gw belum tentu mengerti kedalaman itu dan gw belum tentu bisa mencapai dasarnya. Tapi gw menikmati proses perlahan-lahan gw lupa sama hal lain, dan semakin menikmati kedalaman yang ada di hadapan gw.
Jujur tidak jarang gw mengangkat sebelah alis, tanda tidak setuju dengan nilai yang tertuang di sana, di alam-nya Tante Dee. [Harap maklum, saya lurus sekali; polos dan gak neko-neko :) Hehe] Tapi itu gak bikin gw lari. Gw gak setuju, tapi malah makin penasaran dan gw makin mengenal diri gw sendiri; dari situ gw memutuskan apakah nilai itu "klop" atau enggak dengan nilai yang gw pegang selama ini. Gw menghargai perbedaan, tapi juga mempertahankan prinsip. [Eh, kenapa malah jadi cerita diri sendiri?]
Pertama kali gw membacanya, hanya karena rasa penasaran. Itu pun bukan supernova yang selama ini jadi buah bibir, bukan supernova yang selama ini diagung-agungkan. Pertama kali gw baca bukunya Tante Dee, itu Perahu Kertas. Cerita sederhana ala remaja yang buat gw sarat makna, sarat mimpi. Gw jatuh dan tenggelam. [Dalam konteks ini, gw akan selalu menikmati proses "jatuh". Beda dengan yang satu lagi :p]
Akhirnya gw terjebak untuk baca buku-buku Tante Dee yang lain. Sementara ini memang baru Filosofi Kopi dan Madre. Tapi gw jadi makin penasaran untuk melahap habis yang lainnya. Ada yang mau meminjamkan? :)
Masih ada Supernova, Recto Verso, ... dan buku-buku lain yang belum gw tahu apa judulnya.
Oh iya, gw menemukan ini di dalam Madre:
Post ini terasa nanggung, jadi
Selamat membaca, kawan! :)
Walaupun gw bisa jadi tidak memaknainya dengan baik dan benar
Walaupun itu tidak tercermin dari bahasa sehari-hari gw yang cenderung nyablak dan urakan
Walaupun gw belum tentu mencapai kedalaman yang maksimal di penyelaman itu
Dan seperti sebelum-sebelumnya; gw selalu suka Dewi "Dee" Lestari. Ini bukan media promosi, walaupun entah bagaimana mungkin gw akan membeberkan sisi positifnya, tapi Tante Dee gak bayar gw kok.
Ya, gw selalu tenggelam, dan gw selalu merasa itu dalam. Namun seperti yang gw bilang sebelumnya; gw belum tentu mengerti kedalaman itu dan gw belum tentu bisa mencapai dasarnya. Tapi gw menikmati proses perlahan-lahan gw lupa sama hal lain, dan semakin menikmati kedalaman yang ada di hadapan gw.
Jujur tidak jarang gw mengangkat sebelah alis, tanda tidak setuju dengan nilai yang tertuang di sana, di alam-nya Tante Dee. [Harap maklum, saya lurus sekali; polos dan gak neko-neko :) Hehe] Tapi itu gak bikin gw lari. Gw gak setuju, tapi malah makin penasaran dan gw makin mengenal diri gw sendiri; dari situ gw memutuskan apakah nilai itu "klop" atau enggak dengan nilai yang gw pegang selama ini. Gw menghargai perbedaan, tapi juga mempertahankan prinsip. [Eh, kenapa malah jadi cerita diri sendiri?]
Pertama kali gw membacanya, hanya karena rasa penasaran. Itu pun bukan supernova yang selama ini jadi buah bibir, bukan supernova yang selama ini diagung-agungkan. Pertama kali gw baca bukunya Tante Dee, itu Perahu Kertas. Cerita sederhana ala remaja yang buat gw sarat makna, sarat mimpi. Gw jatuh dan tenggelam. [Dalam konteks ini, gw akan selalu menikmati proses "jatuh". Beda dengan yang satu lagi :p]
Akhirnya gw terjebak untuk baca buku-buku Tante Dee yang lain. Sementara ini memang baru Filosofi Kopi dan Madre. Tapi gw jadi makin penasaran untuk melahap habis yang lainnya. Ada yang mau meminjamkan? :)
Masih ada Supernova, Recto Verso, ... dan buku-buku lain yang belum gw tahu apa judulnya.
Oh iya, gw menemukan ini di dalam Madre:
"Untuk proses yang tak selalu mudah, tapi selalu indah."Sebenarnya itu kata-kata siapa? (Walaupun di telinga gw itu tetap saja terdengar seperti sesudah kesulitan pasti ada kemudahan hehehe)
Post ini terasa nanggung, jadi
Selamat membaca, kawan! :)