Teringat liqo beberapa hari yang lalu di masjid alghifari. Teringat judul buku itu: Saksikan, bahwa Aku Seorang Muslim! Teringat tentang isi bukunya yang menggetarkan hati. Entah seperti apa redaksinya, entah seperti apa diksinya, entah seperti apa gaya bahasanya, gw sudah lupa. Tapi ini yang bisa gw tangkap dan bisa gw tuliskan lagi (sesuai kapasitas otak gw).

Biarlah Abu Bakar tetap dalam lembut dan rendah hatinya.
Karena ia tetap menjadi Abu Bakar yang siddiq; yang membenarkan dan dibenarkan
Biarlah Abu Bakar tetap dalam lembut dan rendah hatinya.
Karena ia tetap yang terdepan dalam memerangi kemunkaran.
Biarlah Abu Bakar tetap dalam lembut dan rendah hatinya.
Karena itulah yang membuatnya rela memberikan seluruh hartanya demi orang lain; demi Islam.

Biarlah Umar tetap dalam keras dan tegasnya.
Karena begitupun hatinya luluh pada lantunan ayat-ayat Al-Qur'an.
Biarlah Umar tetap dalam keras dan tegasnya.
Karena ia tetap menjadi Umar yang sangat memperhatikan rakyatnya.
Biarlah Umar tetap dalam keras dan tegasnya.
Karena itulah yang menjauhkannya dari gentar melawan kefasikan.

Biarlah Utsman tetap dalam pemalunya.
Karena dengan malunya ia semakin tunduk dan tunduk kepada-Nya.
Biarlah Utsman tetap dalam pemalunya.
Karena itu tak pernah membuatnya malu menjadi seorang Muslim.
Biarlah Utsman tetap dalam pemalunya.
Karena itu tak pernah mengurangi dedikasinya terhadap pembangunan Islam.

Biarlah Ali tetap dalam ceria dan beraninya.
Karena dengan itulah dia tetap maju dalam perang walau sakit mata.
Biarlah Ali tetap dalam ceria dan beraninya.
Karena biarpun begitu ia tetap Ali yang bijaksana.
Biarlah Ali tetap dalam ceria dan beraninya.
Karena itulah yang membuatnya rela bertaruh nyawa menyelamatkan Rasulullah.

Biarlah seperti itu.
Biarlah mereka menjadi mereka yang begitu.
Karena dalam pribadinya masing-masing mereka tetap para pemimpin.
Karena dengan caranya masing-masing, mereka menjadi pemimpin-pemimpin besar;
Pemimpin yang dicintai Allah, dan pemimpin yang dicintai rakyatnya.
Biarlah mereka seperti itu.
Karena taqwa membuat mereka sama; sama mulianya di sisi Allah.
Sama mulianya seperti yang kita kenang di saat ini.

Biarlah kita seperti apa adanya.
Biarlah kita ada dengan cara kita.
Tak perlu dengar bising di kanan kiri.
Tak perlu lihat sorot mata di sisi.
Karena Allah tak melihat itu semua.
Karena yang membuat kita bisa atau tidak hanya satu; taqwa.
Memang 'hanya' butuh satu itu.

Jikalau taqwa masih terlalu jauh dalam jalan panjang ikhtiar ini, biarlah terus jalannya dilalui.
Jikalau memang jalannya masih terlalu jauh,
biarlah kita berpegang teguh pada ini sambil menggapai-gapai taqwa itu dengan ikhtiar terbaik:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Q.S. Al-Ashr: 1-3)

Biarlah orang berkata apa, karena sampai kapan pun gw akan tetap percaya pada sahabat-sahabat kecil gw dan pada diri gw sendiri.
Biarlah...

Wallahu'alam bisshawab.

Rasulullah bersabda, "ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang dan memanah" (HR Sahih Bukhari/Muslim)

 Sambil nunggu Oya dan Saqib yang datengnya lamaaa banget, gw iseng nyoba bawa motornya Dika dan... gw bisa kawan-kawan *pisang joged, haha kangen plurk! <--- gak penting* Bagi yang belum pernah bawa motor, ini tips-tips yang mungkin bisa mengganggu membantu:

1. Percaya diri. Walaupun badanmu kurang tinggi, kakimu kurang panjang, dan sepatumu tidak bisa berpijak dengan baik di tanah *curhat*, yakinlah kawan; akan selalu ada orang yang siap membantumu seperti yang bisa dilihat pada gambar di atas.
2. Bersikaplah tenang. Ketika sudah mulai duduk di atas motor, jangan tertawa karena gugup. Karena itu akan mempersulit kita untuk menjaga keseimbangan.
3. Jangan belajar mengendarai motor tanpa ditemani siapapun. Karena ketika kita jatuh, kita akan semakin malu jika tidak ada siapa-siapa. Agak menyakitkan jika harus menertawakan kebodohan kita sendirian. Itulah fungsinya memiliki teman: tertawa bersama! Dan fungsi lainnya: biarkan orang lain mengangkat motor itu ketika motornya jatuh.
4. Jangan belajar dengan motor milik sendiri. Apakah ini terdengar aneh? Mungkin. Tapi alasannya sangat masuk akal. Karena jika kita merusakkan motor itu, kita masih bisa bersyukur karena itu bukan motor kita.

*Mohon maaf kalau tips di atas semakin lama semakin ngaco*

Dan hari itu gw baru mengerti kalau mengendarai motor itu sangat menyenangkan walaupun sebenernya nebeng jauh lebih enak. Angin bertiup sepoi-sepoi di tengah lambaian daun-daun dari pepohonan yang rindang. *lebay dan bikin males* 

Ekspresi senang setelah sukses muter-muter sedikit dengan motor itu

Tapi yang jadi masalah adalah:

1. Kaki gw belum bener-bener nyampe dan gw harus jinjit dengan agak menyedihkan. Bahkan walaupun motornya Honda Beat
2. Bokap gw gak ngizinin gw bawa motor kemana pun.
3. Gw belum berani ke jalan raya

Jadi mungkin kemampuan gw dalam mengendarai motor masih patut diragukan. Tapi gw tahu Allah akan tetap menilai usaha gw dalam mengamalkan hadits di atas. Alhamdulillah gw lumayan bisa berenang walaupun asal banget tehniknya; tapi yang penting ngambang dan gak tenggelem kan? Hehehe

Kalau memanah, gw belum bisa. Sebenernya pengen belajar, tapi gak tahu dimana dan kapan. Buat yang punya saran, boleh langsung komen kok.