Aku, Mimpiku, Cita-Citaku, Masa Depanku

1:57 AM


Akhir-akhir ini, saya sempat mengalami semacam dilema. Saya bingung. 

Sejak kecil jawaban saya sering kali berbeda-beda ketika ditanya, "Apa cita-citamu?" atau "Kalau sudah besar mau jadi apa?" Waktu jaman SD, kita masih hobi banget tuker-tukeran ngisi biodata. Saya ingat, waktu SD dulu saya selalu menulis "Dokter, Ilmuwan, Guru" di kolom cita-cita. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, keinginan itu pun akhirnya tak tersisa di benak saya. Kalau tidak salah sejak di akhir masa SD saya, ketika ditanya, "Apa cita-citamu?" "Kamu mau jadi apa?" barulah saya akan dengan tegas menjawab, "Arsitek!"


Entah bagaimana awalnya. Entah apa yang membuat saya tertarik dengan profesi itu. Tapi beberapa saat yang lalu saya membaca hasil wawancara psikotes saya. Disitu ditulis impian sederhana yang saya miliki, saya ingin punya rumah mewah yang tidak mahal yang merupakan hasil karya saya. Sebuah impian yang di dalamnya masih tercium aroma kekanak-kanakan.

Ketika SMP pun begitu, saya selalu berkata bahwa saya ingin jadi arsitek. Ketika salah satu guru Bahasa Inggris saya di Ummul Quro (Bu Herna) meminta murid-muridnya menuliskan mimpi-mimpi yang kami miliki (tentu saja termasuk saya), di dalamnya saya menuliskan: Menjadi arsitek yang merancang Stadion Liverpool yang baru. Mimpi itu adalah mimpi yang cukup besar bagi saya pada saat itu. Tapi memang setelah dipikir-pikir lagi, alasannya cukup konyol dan tidak membuahkan manfaat bagi orang banyak atau malah akan menimbulkan kerugian. Karena alasan saya memiliki impian itu hanya untuk bisa bertemu pemain Liverpool (yang belum tentu bisa saya temui dalam kasus di atas, atau malah mungkin saja bisa saya temui dalam kasus lain). Lagipula stadion itu malah tidak akan berguna bagi Islam, karena di dalamnya banyak perilaku maksiat yang dilakukan, seperti mabuk-mabukkan. Lagipula stadion itu tidak akan berguna bagi Indonesia, karena itu malah akan membuahkan keuntungan untuk Liverpool yang notabene bukan klub Indonesia. Yah, saya tahu, saya harus menemukan alasan baru kenapa saya harus jadi arsitek.

Ketika akhir masa SMP saya, saya sering berdiskusi dengan Pak Thedy. Sekali waktu, Pak Thedy bertanya, "Kamu udah berpikir, kamu mau masuk SMA mana? Mau kuliah dimana? Ngambil jurusan apa?" Seperti biasa,diskusi dengan Pak Thedyselalu memakan banyak waktu karena yang dibicarakan tidak ada habisnya. Ketika sampai ke bahasan bidang yang ingin diambil di perguruan tinggi, tentu saja yang ada di benak saya adalah Teknik Arsitektur. Tetapi enah kenapa saat itu saya menjawab dengan ragu,"Sampai sekarang sih yang kepikiran Teknik Arsitektur. Masih bingung. Mungkin saja saya ambil matematika. Tapi saya bingung di aplikasinya." Saya malah jadi ragu. Pak Thedy sempat mengusulkan Teknik Sipil, Teknik Elektro, Teknik Kimia, atau mungkin Fisika. Tapi semakin ke sini, saya rasa jurusan-jurusan yang disebutkan tadi nggak saya banget.



Orang tua saya juga tidak jarang bertanya, "Kamu mau kuliah apa, Kak?" (Saya biasa dipanggil Kakak karena merupakan anak sulung) Saya jawab,"Arsitektur. Aku mau kuliah di Jerman." Sejujurnya keinginan kuliah di Jerman itu salah satu penyebabnya adalah Papa. Karena saya ingat sekali, saat saya masih SD, Papa beberapa kali bilang, "Belajar bahasa Jerman, Kak. Nanti kamu sekolah di Jerman. Kan sekolah disana gratis." Mendengar Papa bilang begitu, saat itu saya hanya tertawa saja. Karena menurut saya yang waktu itu belum mengerti esensi dari kata "MIMPI", sekolah di Jerman bukan sesuatu yang bisa dicapai. Apalagi mengingat tabiat Papa yang hobinya ngomong doang :D Tapi lama-kelamaan itu jadi mimpi saya juga. Saya ingin kuliah di Jerman, Teknik Arsitektur. Pernah Papa saya bertanya lagi,"Kamu mau jadi arsitek, Kak? Ngapain? Gak seru. Seruan juga politik." Tuturnya dengan wajah jenaka seperti biasa. Yah, saya tidak suka politik. Jadi saya agak tidak menghiraukan hal itu. Pernah juga Papa saya bilang," Kamu kuliah ekonomi aja, Kak." Saya menjawab, "Hah? ngapain?" Papa saya malah berkata," Ya gak apa-apa." Dan sepertinya masih ada lagi beberapa saran beliau yang menurut saya aneh. -_____- Mama sendiri sepertinya tidak terlalu ingin ikut campur dalam memilih bidang yang akan saya geluti. Mama hanya ingin mendukung apa yang menjadi mimpi saya selama itu positif. *Hidup Mama!*

Saat masuk SMANSA, saya ikut mentoring dengan Teh Ina. Waktu itu Teh Ina sempat bertanya, ketika kami mentoring hanya bertiga: saya, Wita, dan PP. Ini pertanyaannya, "Apa cita-cita kalian?" Tentu saja jawaban saya arsitek. Kemudian Teh Ina bertanya,"Kamu suka gambar, ya, Tika?" Saya menggeleng dan bilang,"Engga juga sih." Lalu Teh Ina bilang,"Loh?" dengan nada bercanda. Terus teman-teman saya, Wita dan PP bilang,"Tapi dia kreatif, Teh."
Tetapi mulai saat tiu saya baru berpikir. Kali ini bukan tentang 'Mengapa saya harus jadi arsitek?', tetapi 'Apakah saya bisa menjadi seorang arsitek?' Saya jarang menggambar. Tapi saya suka ketika gambar saya bagus (Haha, I know, everyone feels the same :p) Dan malah akhir-akhir ini saya merasa saya tidak memiliki sense of art. Dan pertanyaan saya jadi seperti pertanyaan seorang pecundang, "Apakah saya mampu?"

Dan beberapa minggu yang lalu,atau mungkin sudah lebih dari sebulan yang lalu, Mama saya sempat bilang kalau ada temannya yang seorang arsitek bilang kalau saya tidak terlihat seperti orang yang akan menjadi arsitek. Yah, jujur saya menangis mendengarnya, sedikit putus asa. (Haha, iya, saya memang cengeng) Saya jadi kembali merenungi, apa alasan yang membuat saya pantas menjadi seorang arsitek.

Tetapi kemarin, saya pergi sendiri ke Gramedia  dan saya menemukan beberapa buku yang menginspirasi saya. Saya jadi punya semangat baru. Inspiring Teaching( Kalau tidak salah judulnya seperti itu.) dan Kata-Kata Motivasi Dosis Tinggi (Buku Rekomendasi A'Anas. Makasih a!) Entah kenapa saat membaca kedua buku itu secara gratis (hehe lagi kere, ga dapet THR :p), tiba-tiba muncul di dalam benak saya, kalau saya bisa menjadi apapun yang saya mau. Terus jadinya saya beli sketch book buat bekal untuk menjadi seorang arsitek. Walaupun sebenarnya gak perlu karena di rumah ada hehe. Dan saya pun pulang dengan semangat baru.

"Siapa yang peduli sama bakat sialan itu. Mungkin gue emang gak punya bakat. Tapi gue yakin; asal mau usaha, gue pasti bisa! Gue harus semangat. Karena mimpi gue sudah menunggu untuk diwujudkan :D"

You Might Also Like

13 comments

  1. yeah! berjuang ya kak!

    ReplyDelete
  2. Salam kenal kak, apapun cita-cita kita jangan lupa berdoa dan memohon restu dari orang tua kita, niscaya kelak kita bisa mencapainya, amin.. seperti saat ini saya sedang mengejar beasiswa 2010, semoga tercapai...

    ReplyDelete
  3. halo, salam kenal..
    semua yg kamu ceritakan di atas 80% mirip dgn saya!! saya bercita2 jdi arsitek, kuliah di amerika, australia, atau jerman.. dan tidak terlalu suka menggambar,, tp tdk tau knp saya minta skali dgn dunia arsitektur dan sjenisnya,,
    berjuang ya!! aku juga duduk d kelas XI SMA... :)
    Dina

    ReplyDelete
  4. salam kenal juga.
    mudah2an bisa sama-sama jadi arsitek hebat yang bisa bangun peradaban dunia ;)

    ReplyDelete
  5. ayo menjadi bagian dari arsitektur ui :)

    ReplyDelete
  6. Arsitek yah,,,hmmmmmp,,aku juga dulu pgn banget tuh masuk arsitek,,tp g ke jerman dan amerika dll,,cukup ITB aja,,tapi itu pun,,gagal!! hahah,,bukan masalah di kemampuan menggambar,,tapi hitungan,,,hmmmmmmp..akhirnya daftar kuliah dan menyerah ,,memilih menjebloskan diri di dunia DKV,,sama2 menyenangkan,kadang berhubungan dengan arsitek juga!!...arsitek itu teknik yang memiliki nilai seni,,lebih berat di estetika,,,jadi,,ayo gali kemampuanmu menggambar...

    :)
    *lam knl!!

    ReplyDelete
  7. @fachrunnisaeva : salam kenal juga. makasih udah mau berbagi pengalaman :) DKV juga kan keren tapi tika gak terlalu minat ke situ sih. Iya ini juga lagi berusaha supaya bisa berkembang kemampuan gambarnya. mudah2an mimpinya tercapai deh amin. makasih buat sharing + tips nya ;)

    ReplyDelete
  8. hey you, architects ARE designers, we ARE not artists.. trust me, there are so much reasons why you have to go for it beside your thought of not having great ability in drawing :DD

    ReplyDelete
  9. teh tataaan, thanks so much. mudah2an tika bisa masuk arsitektur juga amin.
    those reasons, will u tell me or should i find them by myself? :D

    ReplyDelete
  10. tikaaaaaa
    aku juga mau jd arsitek...
    tp aku kok jd minder ya? soalnya banyak yg mau jd arsitek :(
    gimana ya? apa aku harus ganti cita-cita?

    ReplyDelete
  11. :) kenapa jadi kita yang harus mundur? kita juga punya hak kan buat bermimpi dan mewujudkan mimpi itu?
    ayo semangaaaaat! kalau mau usaha, pasti ada jalannya.
    eh ngomong ngomong ini siapa ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete

ayo komen disini :)

Popular Posts