Potensi dan Tantangan Pengembangan Industri Konstruksi Prefabrikasi di Indonesia dalam penyediaan Rumah Tinggal Terjangkau
12:22 AM
Abstrak
Penyediaan
perumahan dan permukiman yang layak di Indonesia belumlah sesuai dengan
kebutuhan. Saat ini dibutuhkan lebih dari 15 juta unit rumah tinggal untuk
emmenuhi kebutuhan rakyat Indonesia. Pembangunan rumah tinggal dengan
menggunakan metode prefabrikasi menjadi salah satu alternatifsolusi untuk
menyediakan rumah tinggal yang lebih terjangkau. Teknologi prefabrikasi
memiliki potensi besar untuk membuat pembangunan lebih efisien baik dari segi
waktu dan biaya serta dengan kualitas yang tetap terjaga. Di samping itu
potensinya untuk menjaga keberlanjutan lingkungan juga amat baik. Untuk dapat
mengoptimalkan prefabrikasi tentunya ada tantangan-tantangan yang harus
diselesaikan terlebih dahulu. Tantangan tersebut adalah menghasilkan desain
yang matang dan sesuai dengan standar, menghasilkan gubahan ruang dan bentuk
yang tetap estetis meskipun menggunakan komponen modular, mempercepat
pembangunan infastruktur yang berkualitas untuk menunjang transportasi komponen
bangunan, menunjang aksesibilitas terhadap teknologi prefabrikasi hingga ke
pelosok Indonesia, serta memasarkan rumah tinggal yang bersifat modular ke
pasar. Penyelesaian tantangan ini tentunya membutuhkan usaha keras dari
berbagai pemangku kepentingan, baik itu pemerintah, akademisi, maupun pihak
swasta.
Kata kunci: rumah tinggal, industri
konstruksi, prefabrikasi
Pendahuluan
Penyediaan perumahan dan permukiman yang
layak di Indonesia belumlah sesuai dengan kebutuhan. Saat ini dibutuhkan lebih
dari 15 juta unit rumah tinggal untuk emmenuhi kebutuhan rakyat Indonesia.
Penyediaan rumah tinggal selama ini sulit ditekan biayanya karena dikerjakan
secara manual dan customized. Hal ini menyebabkan biaya konstruksi menjadi
mahal. Kompetensi tukang dan teknologi yang digunakan juga membuat proses
konstruksi menjadi lebih lama sehingga pembiayaannya menjadi tidak efisien. Menurut
Siswono Yudohusodo dalam bukunya Rumah Untuk Seluruh Rakyat (1991) salah
satu sarana pendukung yang ikut menentukan sukses tidaknya program
pembangunan perumahan rakyat adalah produksi bahan bangunan dan distribusinya,
harga, jumlah dan mutunya, serta penguasaan teknologi pembangunan
perumahan oleh masyarakat.. Apabila penyediaan rumah tinggal mulai menggunakan komponen
bangunan prefabrikasi, maka permasalahan ini pun bisa diselesaikan tentunya
dengan diikuti oleh pengembangan industri konstruksi prefabrikasi itu sendiri.
Dengan mengoptimalkan peluang sembari menyelesaikan tantangan yang ada,
pengembangan industri konstruksi prefabrikasi di Indonesia dapat menjadi salah
satu solusi dalam menyediakan rumah tinggal yang terjangkau bagi masyarakat.
Menurut Arief Rahman
dalam Struktur-Konstruksi menjelaskan “Prefabrication (prefabrikasi) adalah industrialisasi metode konstruksi di mana
komponen-komponennya diproduksi secara missal dirakit (assemble) dalam bangunan
dengan bantuan crane dan alat-alat pengangkat dan penanganan yang lain”. Pada
dasarnya yang membedakan adalah proses pembuatan dari komponen-komponen
bangunan di mana pada konstruksi yang menggunakan material prefabrikasi
sebagian pembuatan komponennya dilakukan di luar site dengan modul-modul hasil
fabrikasi industri sehingga kebanyakan proses konstruksi yang dilakukan secara
in situ hanyalah proses perakitan komponen-komponen tersebut saja. Proses
konstruksi kemudian hanya perlu dilanjutkan dengan melengkapi utilitas dan
pengerjaan akhir (finishing). Dengan demikian, beberapa manfaat seperti waktu
konstruksi yang cepat, lingkungan pembangunan yang lebih bersih, dan biaya yang
lebih murah dapat diwujudkan
Industri konstruksi prefabrikasi saat ini
masih tertinggal dibandingkan dengan beberapa negara lain, utamanya negara maju
seperti sepang. Walau demikian, sistem prefabrikasi di Indonesia sebenarnya
sudah digunakan sejak jaman pendudukan Belanda. Sistem ini pernah dipakai pada
beberapa rumah di daerah Jl. Gempol – Bandung dan merupakan contoh metode
konstruksi dinding pracetak dengan menggunakan bambu plaster (Widyowijatnoko,
1999). Pada perkembangannya sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk
mengembangkan rumah prefabrikasi di Indonesia, antara lain yang dilakukan oleh
Pusat Penelitian Pengembangan Pemukiman yaitu RISHA (Rumah Instan Sederhana
Sehat) dan Smart Modula yang dikembangkan oleh Akademi Teknik Mesin Industri
Surakarta. Sampai dengan hari ini, implementasi pada konstruksi rumah tinggal
dalam jumlah massal masih terhitung minim. Namun, peluang pengembangannya di
masa depan cukup menjanjikan untuk menyelesaikan masalah penyediaan rumah
tinggal yang terjangkau.
Tantangan Pengembangan
Industri Konstruksi Prefabrikasi untuk Rumah Tinggal
Tantangan terbesar
dalam mengembangkan industri konstruksi prefabrikasi, bagi arsitek, adalah
lemahnya penguasaan standar yang dimiliki rata-rata arsitek dalam proses desain
di Indonesia. Tidak umum menggunakan standar, pada akhirnya arsitek sering
membuat kesalahan-kesalahan kecil yang dapat mengganggu proses konstruksi
secara keseluruhan. Masalah itu muncul terkadang karena perbedaan ukuran
menyebabkan desain tidak dapat mengintegrasikan subsistem-subsitem dalam
bangunan, misalnya sistem elektrikal dan sistem struktur. Dengan menggunakan
konstruksi prefabrikasi, desain harus sudah selesai secara menyeluruh sebelum
proses pembuatan komponen di pabrik dimulai. Haurs dipastikan desain tersebut
telah memenuhi standar yang disepakati oleh tenaga ahli dari berbagai bidang. Selain
itu dibutuhkan pula koordinasi yang baik antara setiap tenaga ahli sehingga
tidak ada kesalahan yang muncul dari setiap subsistem yang terdapat di dalam
rumah tinggal. Terlebih, seluruh keputusan desain harus bisa diambil di awal
untuk memperkecil risiko menghentikan proyek di tengah proses konstruksi
ataupun menunda pekerjaan. Harus kita ingat pula bahwa kebanyakan arsitek di
Indonesia tidak familiar dengan proses konstruksi prefabrikasi, oleh karena itu
dibutuhkan waktu lebih untuk mempelajari hal ini.
Tantangan lain yang
dihadapi adalah baaimana arsitek tetap dapat menghasilkan bentuk yang memenuhi
kaidah estetika dan tetap menarik dengan menggunakan komponen-komponen yang
bersifat modular. Dengan menggunakan komponen prefabrikasi, bentuk-bentuk yang
dapat dihasilkan saat ini menjadi cenderung terbatas. Inilah tantangan yang
harus dijawab oleh arsitek: menghasilkan bentuk yang menarik dan estetik dengan
bentuk yang lebih sederhana dan modular. Hal ini hanya bisa dilakukan apabila
arsitek di Indonesia memiliki keinginan yang kuat untuk mengeksplorasi desain
sehingga hasil yang terwujud tetap optimal dengan segala keterbatasan yang ada.
Proses pengangkutan
atau trasportasi komponen bangunan adalah tantangan lain yang harus dihadapi
Indonesia dalam mengembangkan industri konstruksi prefabrikasi. Infrastruktur
di Indonesia dapat dikatakan belum ideal, baik dari segi kuantitas maupun
kualitas. Di kota-kota besar kita dapat melihat infrastruktur yang telah
tersedia hampir ke setiap sudut. Namun, kesenjangan amat terasa ketika kita
berada di luar pulau Jawa atau bahkan di pedalaman. Infrastruktur di sana belum
dibangun sehingga tentunya transportasi komponen prefabrikasi ini tida
memungkinkan. Bahkan di kota-kota besar sendiri kita dapat melihat
infrastruktur di Indonesia yang kualitasnya belum baik; misalnya saja jalan
raya yang kerap berlubang. Tantangan ke depan adalah bagaimana Indonesia dapat
mempercepat pembangunan infrastruktur baik dari segi kuantitas maupun kualitas
dengan memperhatikan persebarannya di seluruh penjuru negeri. Di samping itu, arsitek
harus ikut memikirkan proses pengiriman komponen bangunan menuju site. Proses
pengiriman komponen ini haruslah dibenturkan dengan kondisi riil infrastruktur
di Indonesia. Pada akhirnya arsitek dapat menghasilkan desain yang tidak hanya
indah namun juga feasible untuk diwujudkan.
Indonesia harus
mulai melakukan pembangunan secara merata dan dengan demikian teknologi
prefabrikasi ini harus dapat dijangkau hingga ke pelosok negeri. Inilah
tantangan berikutnya. Kita harus bisa melakukan percepatan transfer teknologi
bahkan ke Indonesia bagian timur, karena pembangunan hari ini masih terpusat di
Indonesia bagian barat. Langkah konkret yang bisa dilakukan adalah membangun
industri konstruksi prefabrikasi tidak hanya di Pulau Jawa saja melainkan juga
di pulau-pulau lainnya. Dengan cara inilah teknologi prefabrikasi akan lebih
bisa dijangkau dan kita juga akan menghemat biaya transportasi komponen
bangunan.
Tantangan lainnya
datang dari aspek pasar adalah pasar industri konstruksi di Indonesia dapat
dikatakan masih baru lahir dan belum benar-benar berkembang. Demand yang datang
dari masyarakat belum cukup tinggi terkait rumah dengan teknologi ini. Untuk
pengembangannya di masa depan, dibutuhkan pula terbentuknya persepsi publik
yang lebih baik mengenai rumah yang menggunakan komponen prefabrikasi. Beberapa
langkah yang dapat dilakukan adalah membuat muka
bangunan yang tampak serupa dengan rumah-rumah yang dibangun secara manual,
menekan harga rumah tinggal hingga tintik termurah, mengasosiasikan rumah
tinggal dengan arsitek atau pengembang yang telah memiliki nama besar, serta
dengan menggaet media untuk melakukan liputan positif mengenai rumah tinggal
prefabrikasi. Pemerintah ataupun pengembang sebagai pihak yang akan melakukan
pembangunan juga harus memikirkan aspek pemasaran bangunan dengan teknologi ini
secara tepat sasaran sehingga pada akhirnya pengembangan teknologi dapat
diikuti dengan pengembangan pasar secara optimal pula.
Potensi Pengembangan
Industri Konstruksi Prefabrikasi untuk Rumah Tinggal
Di balik tantangan
yang dihadapi, industri konstruksi prefabrikasi memiliki potensi yang amat
besar dalam menyelesaikan masalah ini. Potensi yang pertama adalah metode ini
dapat menghemat waktu konstruksi. Konstruksi yang bersifat modular memungkinkan
berbagai pekerjaan dilakukan secara parallel. Dengan demikian jadwal
pembangunan dapat dipadatkan dan proses pembangunan itu sendiri menjadi lebih
efisien. Tidaklah salah jika ada yang berpendapat bahwa untuk desain
yang bersifat modular memang dibutuhkan waktu yang lebih panjang karena
dibutuhkan koordinasi secara lebih intensif. Terkadang proses perizinan juga
membutuhkan waktu yang lebih lama karena pemerintah sendiri belum cukup
familiar dengan konstruksi prefabrikasi. Akan tetapi, sebuah studi di McGraw-Hill menemukan bahwa dalam 66% dari proyek
konstruksi modular dan prefabrikasi dapat mempengaruhi jadwal secara
positif dengan penghematan waktu 4
minggu atau lebih. Penghematan waktu dicapai melalui proses pembuatan
komponen yang dilakukan secara bersamaan di pabrik maupun di tapak serta
sedikitnya penundaan pekerjaan akibat cuaca. Dengan penghematan waktu yang
dilakukan, maka hal ini akan mempengaruhi biaya konstruksi dan membuat harga
rumah tinggal menjadi lebih terjangkau pula.
Potensi lainnya dari
metode prefabrikasi ini adalah bahwa konstruksi modular menyebabkan terjadinya
penurunan anggaran. Kebanyakan biaya ini turun akibat hilangnya kebutuhan
barang-barang sekunder, jadwal konstruksi yang lebih pendek, pengurangan upah
tenaga kerja yang mahal, limbah yang lebih sedikit, serta kontrol kualitas yang
meningkat sehingga meminimalisasi kesalahan. Menurut Jeff Brink, insinyur struktur di DCI, jadwal konstruksi singkat adalah
kesempatan terbesar untuk menekan biaya dalam sebuah
proyek konstruksi modular. Mengurangi waktu untuk beberapa pengeluaran yang besar
di tapak, seperti
crane dan kerekan, akan mengurangi anggaran proyek
secara keseluruhan. (Pickerell, 2012).
Sederhananya, waktu adalah uang.
Dengan menggunakan metode prefabrikasi, akan terjadi pengurangan sebesar 30 %
pada biaya proyek, 35% pada rentang waktu pengerjaan proyek, serta 60% defects
dalam penyelesaian proyek. Di samping itu, dengan prefabrikasi kita
dapat mengurangi biata yang dikeluarkan untuk membayar ipah tukang-tukang yang
mahal karena pekerjaan yang dilakukan di lapangan menjadi lebih sederhana.
Proses konstruksi yang rumit telah sebelumnya dilakukan di pabrik dengan
menggunakan mesin. Jumlah tukang yang dibutuhkan pun menjadi lebih sedikit. Hal
ini menyebabkan biaya untuk SDM lebih bisa ditekan. Dari aspek material, biaya
yang dikeluarkan pun menjadi lebih pasti karena tidak akan ada material yang
tersisa sebab seluruh material telah diproses di pabrik dengan standar-standar
tertentu. Biaya yang turun secara signifikan tentunya menjadi potensi besar
yang dapat dimanfaatkan untuk menyediakan rumah tinggal yang terjangkau.
Permasalahan lain
dalam penyediaan rumah tinggal yang terjangkau adalah memastikan kualitas yang
baik. Inilah potensi besar yang dimiliki oleh industri konstruksi prefabrikasi:
perbaikan dan pengembangan kualitas produk. Dengan menggunakan prefabrikasi,
kemungkinan terjadinya kesalahan menjadi berkurang. Hal ini bisa terjadi karena
seluruh pengambilan keputusan dan proses desain telah dipastikan sebelum proses
produksi dimulai sehingga tingkat kontrol kualitas menjadi lebih tinggi.
Kualitas dari proyek itu sendiri pada umumnya meningkat karena terjadinya
produktivitas pekerja dan juga optimasi keelamatan kerja. Dengan metode
prefabrikasi, kita dapat mewujudkan lingkungan kerja yang lebih sehat pula. Di
samping itu, dengan menggunakan prefabrikasi, kualitas bangunan menjadi lebih
terjamin, utamanya secara akustik, tingkat kebocoran, infiltrasi dan isolasi
udara, serta kekuatan struktur.
Potensi lain yang
membuat industri konstruksi prefabrikasi ini layak dikembangkan adalah perannya
dalam keberlanjutan lingkungan. Tabel di bawah ini menampilkan bagaimana
konstruksi prefabrikasi dapat mendukung keberlanjutan lingkungan dari berbagai
aspek. Hal ini ditunjukkan dari penghematan energy yang terjadi dalam setiap
proses pembangunan. Contohnya saja energy yang harus dihabiskan untuk mengolah
limbah dan melakukan pemasangan komponen bangunan yang jauh lebih efisien. Di
samping itu, dengan menggunakan prefabrikasi, energi yang dihabiskan untuk
operasional jauh lebih sedikit. Walaupun membutuhkan energy lebih dari aspek
transportasi, secara keseluruhan pembangunan dengan prefabrikasi dinilai lebih
berkelanjutan.
Kesimpulan
Penyediaan rumah
tinggal yang terjangkau adalah isu yang amat penting di Indonesia. Pembangunan
rumah tinggal dengan menggunakan metode prefabrikasi menjadi salah satu alternatifsolusi
untuk menyediakan rumah tinggal yang lebih terjangkau. Teknologi prefabrikasi
memiliki potensi besar untuk membuat pembangunan lebih efisien baik dari segi
waktu dan biaya serta dengan kualitas yang tetap terjaga. Di samping itu
potensinya untuk menjaga keberlanjutan lingkungan juga amat baik. Untuk dapat
mengoptimalkan prefabrikasi tentunya ada tantangan-tantangan yang harus
diselesaikan terlebih dahulu. Tantangan tersebut adalah menghasilkan desain
yang matang dan sesuai dengan standar, menghasilkan gubahan ruang dan bentuk
yang tetap estetis meskipun menggunakan komponen modular, mempercepat
pembangunan infastruktur yang berkualitas untuk menunjang transportasi komponen
bangunan, menunjang aksesibilitas terhadap teknologi prefabrikasi hingga ke
pelosok Indonesia, serta memasarkan rumah tinggal yang bersifat modular ke
pasar.
Penyelesaian
tantangan ini tentunya membutuhkan usaha keras dari berbagai pemangku
kepentingan, baik itu pemerintah, akademisi, maupun pihak swasta. Percepatan
transfer eknologi dari lingkungan akademisi ke sektor swasta yang didukung
regulasi pemerintah tentunya akan sangat membantu dalam menyediakan rumah
tinggal yang terjangkau dengan teknologi prefabrikasi.
Referensi
Azari, Rahman, et al. 2013. Modular Prefabricated Residential Construction: Constraints and
Opportunities. Washington D.C.: University of Washington, Skanska
Innovation Grant
Bernstein,
Harvey M. et al. 2011. Prefabrication
and Modularization: Increasing Productivity in the Construction Industry.
Bedford: McGraw Hill Construction.
Bergdoll,
Barry dan Peter Christensen. 2008. Home Delivery: Fabricating the Modern
Dwelling. New York: The Museum of Modern Art.
Cowles,
Ethan, et al. 2013. Prefabrication and Modularization in
Construction.
FMI Corporation
Davies,
Colin. 2005. The Prefabricated Home. Trowbridge, Wiltshire: Cromwell
Press.
Panudju,
Bambang. 1999. Pengadaan Perumahan Kota dengan Peran Serta Masyarakat
Berpenghasilan Rendah, Penerbit Alumni, Bandung.
Phillipson,
Mark. 2001. DTI Construction Industry Directorate Project Report. BRE Scotland
Yudohusodo,
Siswono dkk. 1991. Rumah untuk Seluruh Rakyat, Inkoppol, Jakarta.
0 comments
ayo komen disini :)