Ditulis 10 September 2010, di Magetan.

Rasanya agak kesal juga mendapati keluarga besar gw yang sedang tadarus terganggu oleh ribut-ribut mereka yang mengumandangkan takbir; maaf bukan takbirnya. Tapi musik yang mengiringinya. Musik ala dugem yang nyerempet nyerempet alay. Bukankah lebih baik mengumandangkan takbir dengan 'secukupnya' dan tidak perlu menimbulkan huru-hara seperti itu? Wallahu'alam bisshawab.

Tapi ternyata, di masa mudanya bokap gw juga terlibat dalam seru-seruan takbiran di Magetan (bokap gw berasal dari sini). Simak percakapan berikut:

Di dalam mobil, perjalanan pulang ke daerah Carat
Papa: Kenapa ya dulu aku ikut-ikutan takbir kaya' ngono.
Gw + Alifa: Iya? Papa ikutan takbiran?
Papa: Iya. Panitia
Gw: Panitia? Iya?
Papa: (diam aja)
Mama: Alah. Bukannya kakak juga?
Gw: Apaan?
Mama: Itu kemarin seminggu jadi panitia takbiran.
Gw: Ih apaan sih. Itu mah sanlat.
Mama: Coba, nama acaranya apa?
Gw: TAKBIR -,- zzzz

Ngomong-ngomong, karena kehabisan pulsa gw jadi tidak ikut terlibat dalam 'adat istiadat' meminta maaf via SMS saat lebaran. Jadi mumpung masih ingat, tolong dimaafkan ya semua kesalahan gw, saya, aku, Tika, Atika, dan Atika Almira selama ini. Mudah-mudahan amal ibadah kita selama bulan suci Ramadhan diterima oleh Allat SWT :)