S.O.S.
6:59 AM
Sudah lebih dari satu minggu Ujian Nasional berakhir. Secara
tidak resmi, semesta putih-abu gw berakhir pada hari terakhir marathon ujian
itu. Jadi, saat ini lengang sekali rasanya.
Lengang itu gw isi dengan banyak membaca. Berganti buku
nyaris setiap hari; kondisi ini sangat berbeda dengan yang gw bayangkan. Dulu
imaji yang terbayang adalah gw yang memegang kertas dan kuas atau persil warna
setiap harinya, menduplikasi gambar-gambar bagus yang masih terjangkau amatir.
Tapi nyatanya sudah lebih dari dua minggu (terhitung dari Selasa pada minggu
sebelum UN) gw gak menggambar, sama sekali. (Dan rasanya sangat… guilty; seperti ini H-1 SNMPTN dan gw
malah sedang ada di Dufan, dilenakan oleh Tornado atau Histeria).
Gw juga les setiap harinya. “Dipaksa” untuk tidak bangun
siang dan juga”dipaksa”untuk mengerjakan puluhan paket soal. Pemaksaan yang
menyenangkan, tentunya. Karena gw juga tidak pernah suka digentayangi hantu
“merasa bersalah karena wasting time”.
Mungkin itu semua tetap tidak mampu mengisi kekosongan yang
ada, saking beruntunnya “kembang api kehidupan” muncul di saat gw murni masih
anak SMA. Gw jadi lebih banyak memikirkan hal-hal yang… terkadang trivial, atau bisa jadi terkadang
terlalu substansial sampai gw sendiri bergidik karenanya, diikuti istighfar karena pikiran gw bisa
berkelana nyaris melewati batas.
Sekedar melamunkan percakapan antara gw dan beberapa orang
teman di Rice Bowl tentang bawang saja mampu membuat gw bertanya-tanya,”Lalu
benarkah bawang lebih banyak mengandung gula disbanding apel? Benarkah bawang
terasa pedas karena sulfur, hingga kita tak lagi mengendus manisnya? Bukankah onion ring di Burger King rasanya memang
manis? Lantas ke mana sulfur itu? Menguap? Ah, bukankah menguap itu dari cair
ke gas? Sementara sulfur itu sendiri kita temukan dalam bentuk solid?”
Atau bertanya-tanya tentang Kartini, “Mengapa sebegini kuat
gaung namanya? Dia berbuat apa? Membuat sekolahkah? Menyekolahkan semua wanita Indonesia pada
masanya? Apa? Mengapa hanya namanya yang diperingati? Tidak ada hari Cut Nyak
Dien? Tidak ada hari Martha Christina Tiahahu? Tidak ada hari Dewi Sartika?
Atau ini hanya sebuah konspirasi?”
Juga melanjutkan setiap lamunan yang terbersit saat membaca Muhammad saw., Lelaki Penggenggam Hujan.
Tenggelam dalam rindu yang menyesakkan, ketakutan dalam rasa penasaran yang
mengerikan, atau tersenyum dalam kedamaian yang menenangkan. Mencari
hubungan-hubungan antara 99 Cahaya di
Langit Eropa dengan buku sejarah Islam, atau memaknainya sejalan dengan
hal-hal yang pernah gw alami.
Sumpah, gw merasa butuh teman diskusi yang mampu –tidak,
sepertinya terdengar terlalu arogan –tepatnya MAU, meladeni dengan kesabaran
untuk memuaskan dahaga gw tentang semua itu. Seringkali pertanyaan-pertanyaan
kecil gw dianggap terlalu tidak penting sampai harus ditertawakan. Maaf, ini bukan curhatan dalam kemeranaan.
Haha, walaupun terdengar penuh emosi. Ya, mereka dianggap terlalu konyol;
dan di lain kesempatan mereka hanya dibalas diam, dianggap terlalu berat untuk
menjadi diskusi santai dalam perjalanan atau waktu istirahat. Padahal menurut
gw, diskusi-diskusi semacam tadi bisa menjadi sebuah manifestasi dari “hujan”
yang turun pertama kali itu.
“Bacalah.”
Bukankah diskusi-diskusi itu bisa dijadikan cara membaca?
Membaca yang implisit, membantu kita mengenal dunia lebih dalam. Lebih jauh,
namun di sisi lain juga lebih dekat. Bukankah begitu? Wallahu ‘alam bish shawab.
Lalu, adakah yang sudi menjadi sahabat gw dalam hal ini? Sudikah dirimu untuk, temani aku dulu…?(Ya,
benar. Ini lirik lagu. Gak penting)
Catatan: Agaknya gw harus menulis tentang Kartini (yang
sudah cukup lama ada di draft kepala
gw), daripada gw terus penasaran
1 comments
gw mau :D
ReplyDeletega bisa jawab2 juga sih kali ya.. tapi kayaknya bakal seru dengerin lu, atau kita bisa bertanya2 bersama :D
kabarin gw kalo udah nganggur ya :)
*eh tapi kan ga pernah nganggur haha gimana dong
ayo komen disini :)