30 Hari Mencari Qari

3:37 AM

Ditulis setelah makan malam sebuah warung prasmanan Mama'e Intan :p di Nganjuk, 13 September 2010

Gw sedang dalam perjalanan kembali ke Sidoarjo dari Magetan, ke rumah Pakpuh dan Tante gw. Sebelumnya gw dan keluarga berkunjung ke beberapa saudara di Carang Kuning (Ponorogo) dan Klaten. Sayangnya perjalanan dari Klaten ke Nganjuk benar-benar memakan waktu. Jarak yang harusnya dapat ditempuh dalam waktu 2 jam, gara-gara macet jadi memakan waktu 5 jam; berangkat dari Klaten 3.30 dan tiba di Nganjuk 8.30. Penyebabnya adalah kereta api yang jalurnya simpang siur memotong jalan raya. Akibatnya berkali-kali di jalan yang sama kami menemui rel kereta api. Ah, andai Indonesia dibangun dengan tata kota yang lebih baik. Oke, cukup berandai-andainya. Sepertinya akan lebih baik jika kereta memiliki jalur tersendiri; semacam fly over. Mungkin.

Berhubung sudah malam dan kami semua kelaparan, akhirnya Pakpuh gw berkata, 'mlebu kota ae. cari makan.' Dan akhirnya pilihan jatuh pada Warung Prasmanan Mama'e Intan. Di depan warung itu disetel kaset murottal al'quran di sebuah tape dengan volume cukup keras, mengiringi kami yang makan dengan lahap karena kelaparan (walaupun sebenarnya kami sekeluarga memang selalu makan dengan lahap :p)

Mendengarnya membuat gw jadi ingat betapa banyak hapalan qur'an gw yang jarang sekali dimuroja'ah hingga akhirnya gw lupa; jadi ingat Ummul Quro dan waktu tahfizh-nya. Gw juga jadi ingat SMANSA; ingat salah satu Rapat Koordinasi TAKBIR dengan guru-guru; ingat perkataan Pak Duddy yang berhubungan dengan lomba MTQ.

(Mohon maaf atas kesalahan redaksi)
"Mengenai lomba MTQ, perlu diberitahukan kepada seluruh peserta agar dapat mengikuti aturan MTQ yang benar, baik dari lagu, adab, dan segala aturan lainnya. Agar SMA 1 bisa mempunyai qari yang dapat mengikuti perlombaan. Pak Agus pernah bilang ke saya, 'Pak Duddy, masa dari 1000 siswa gak ada satu pun yang bisa jadi qari?' Yah, saya rasa lomba MTQ ini awal yang bagus berkaitan dengan apa yang diutarakan bapak kepala sekolah."

Saat ini yang terpikirkan dalam benak gw adalah andai saja perkataan Pak Agus itu benar-benar ditindaklanjuti. Bukan hanya sekedar candaan atau basa-basi belaka. Kalau memang sekolah berharap ada anak SMANSA yang jadi juara MTQ, buatlah pelatihan MTQ sebagaimana sekolah membuat pelatihan olimpiade untuk mengembangkan minat dan bakat siswanya. Ya jangan cuma bisa berharap dan inginnya memakai 'barang jadi'.



Atau mungkin hal ini perlu ditindaklanjuti oleh DKM Ar-Rahmah 10/11? Atau mungkin pelatihan MTQ perlu ditambahkan ke proker Departemen Pendidikan? Bagaimana teman-teman? Ada yang ingin menanggapi? :)

Tetap semangat di jalan ini! ;)

You Might Also Like

4 comments

ayo komen disini :)

Popular Posts