Biarlah

1:21 AM

Teringat liqo beberapa hari yang lalu di masjid alghifari. Teringat judul buku itu: Saksikan, bahwa Aku Seorang Muslim! Teringat tentang isi bukunya yang menggetarkan hati. Entah seperti apa redaksinya, entah seperti apa diksinya, entah seperti apa gaya bahasanya, gw sudah lupa. Tapi ini yang bisa gw tangkap dan bisa gw tuliskan lagi (sesuai kapasitas otak gw).

Biarlah Abu Bakar tetap dalam lembut dan rendah hatinya.
Karena ia tetap menjadi Abu Bakar yang siddiq; yang membenarkan dan dibenarkan
Biarlah Abu Bakar tetap dalam lembut dan rendah hatinya.
Karena ia tetap yang terdepan dalam memerangi kemunkaran.
Biarlah Abu Bakar tetap dalam lembut dan rendah hatinya.
Karena itulah yang membuatnya rela memberikan seluruh hartanya demi orang lain; demi Islam.

Biarlah Umar tetap dalam keras dan tegasnya.
Karena begitupun hatinya luluh pada lantunan ayat-ayat Al-Qur'an.
Biarlah Umar tetap dalam keras dan tegasnya.
Karena ia tetap menjadi Umar yang sangat memperhatikan rakyatnya.
Biarlah Umar tetap dalam keras dan tegasnya.
Karena itulah yang menjauhkannya dari gentar melawan kefasikan.

Biarlah Utsman tetap dalam pemalunya.
Karena dengan malunya ia semakin tunduk dan tunduk kepada-Nya.
Biarlah Utsman tetap dalam pemalunya.
Karena itu tak pernah membuatnya malu menjadi seorang Muslim.
Biarlah Utsman tetap dalam pemalunya.
Karena itu tak pernah mengurangi dedikasinya terhadap pembangunan Islam.

Biarlah Ali tetap dalam ceria dan beraninya.
Karena dengan itulah dia tetap maju dalam perang walau sakit mata.
Biarlah Ali tetap dalam ceria dan beraninya.
Karena biarpun begitu ia tetap Ali yang bijaksana.
Biarlah Ali tetap dalam ceria dan beraninya.
Karena itulah yang membuatnya rela bertaruh nyawa menyelamatkan Rasulullah.

Biarlah seperti itu.
Biarlah mereka menjadi mereka yang begitu.
Karena dalam pribadinya masing-masing mereka tetap para pemimpin.
Karena dengan caranya masing-masing, mereka menjadi pemimpin-pemimpin besar;
Pemimpin yang dicintai Allah, dan pemimpin yang dicintai rakyatnya.
Biarlah mereka seperti itu.
Karena taqwa membuat mereka sama; sama mulianya di sisi Allah.
Sama mulianya seperti yang kita kenang di saat ini.

Biarlah kita seperti apa adanya.
Biarlah kita ada dengan cara kita.

Tak perlu dengar bising di kanan kiri.
Tak perlu lihat sorot mata di sisi.
Karena Allah tak melihat itu semua.
Karena yang membuat kita bisa atau tidak hanya satu; taqwa.
Memang 'hanya' butuh satu itu.

Jikalau taqwa masih terlalu jauh dalam jalan panjang ikhtiar ini, biarlah terus jalannya dilalui.
Jikalau memang jalannya masih terlalu jauh,
biarlah kita berpegang teguh pada ini sambil menggapai-gapai taqwa itu dengan ikhtiar terbaik:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Q.S. Al-Ashr: 1-3)

Biarlah orang berkata apa, karena sampai kapan pun gw akan tetap percaya pada sahabat-sahabat kecil gw dan pada diri gw sendiri.
Biarlah...

Wallahu'alam bisshawab.

You Might Also Like

7 comments

  1. Thats why i called it, COOL!

    ReplyDelete
  2. keren banget teh :) jadi mau beli bukunya..

    ReplyDelete
  3. @all :)
    @gia tika juga pengen beli tapi blm sempet ke toko buku

    ReplyDelete
  4. sulit menutup kuping kita dari seluruh komentar sekeliling kita

    huff. -_-

    ReplyDelete
  5. kadangkala memang tak perlu menutup kuping.
    tapi untuk kali ini, saya memutuskan untuk menjadi bebal :B

    ReplyDelete

ayo komen disini :)

Popular Posts