Mengais Jujur

9:09 AM

Gw termenung, merasa sangat terusik oleh kata terakhir yang ada dalam judul di atas. Kata itu, pernah gw tulis sebelumnya, di sini. Tapi lagi-lagi gw terusik; kata itu membuat gw termenung, merenung karenannya.

Senang rasanya melihat semangat dengan luapan luar biasa di sekitar gw. Senang rasanya menatap wajah-wajah penuh mimpi. Senang rasanya sama-sama berjuang untuk berada di tempat tujuan. 

Tapi haruskah kita senang ketika satu hal yang sangat berharga luput dari usaha kita ?
Haruskah kita senang, ketika jujur tak lagi ada?

Ketika kejujuran tidak lagi menjadi nilai yang dijunjung tinggi, lalu nilai apa yang menggantikannya? Bukankah bangsa ini, dunia ini, butuh orang-orang jujur untuk dapat menjadi pemimpinnya? Bukahkah Islam, dan bahkan semua agama yang gw tahu, mengajarkan kita untuk bersikap jujur? Bukankah kita pun selalu menuntut kejujuran dari orang lain?

Lalu nilai apa yang kita anggap lebih penting darinya?
Kesuksesan? Tidak sadarkah kita? Bahwa ketika kita mencapai sukses tanpa kejujuran, itu hanyalah sukses yang semu belaka. Tidak sadarkah kita akan hal itu? Mungkin kita memang sukses di dunia ini, tapi di akhirat? Apa jawab kita ketika Allah menuntut pertanggungjawabannya di akhirat kelak?
(Dalam hal) kebajikan apa saja yang kalian lakukan, sesungguhnya Allah Mahatahu (QS al-Baqarah: 215);
Siapa saja yang mengerjakan kebajikan seberat dzarrah pun, dia akan menyaksikan (balasan pahala)-nya (QS al-Zalzalah: 7).
Sekecil apa pun yang kita lakukan, Allah tahu, dan Allah akan membalasnya. Kesuksesan semua seperti itu kah yang kita kejar?

Lalu nilai apa yang kita anggap lebih penting dari jujur?
Solidaritas? Solidaritas kah dasarnya?
Ketika tanpa jujur, kita malah berselisih dengan kawan karena berebut tempat duduk paling belakang.
Ketika tanpa jujur, kita malah saling menyimpan dendam karena ada yang mendapat lebih besar.
Ketika tanpa jujur, saling membantu malah menjadi menyakitkan; mengesalkan.
Ketika tanpa jujur, kita malah menyakiti kawan. 
Itukah yang disebut solidaritas? Bukankah yang bermain di dalamnya adalah ego individual? Bukankah rasa peduli pada kawan sudah tidak lagi menjadi bagian dari niat kita? Silahkan tanya pada hati kita masing-masing.

Lalu nilai apa yang kita anggap lebih penting dari jujur?
Bakti pada orang tua? Apakah hasil, yang tidak kita raih dengan jujur, itu yang kita kejar? Agar kita dapat membuat orang tua tersenyum. Agar kita dapat membalas apa yang telah diberikan mereka. Itukah tujuannya?
Tapi apakah kita pernah diajarkan untuk melupakan jujur oleh mereka? Apakah mereka tidak sakit hati ketika tahu anak yang mereka didik selama ini menjadi anak yang tidak jujur?
Tidak kah kita sedih, ketika di akhirat nanti kedua orang tua kita disiksa, bukan karena kesalahan mereka. Tapi karena nilai kejujuran yang mereka ajarkan, tidak menjadi bagian dari perilaku anak-anaknya. Pernahkah kita merenungkan hal itu? Lalu itu kah bentuk bakti kita kepada kedua orang tua?

Lalu nilai apa yang lebih penting dari jujur?
Bukankah Rasulullah saw. pun seorang Al-Amin? Bukankah kita sendiri benci dibohongi orang lain?

Lalu nilai apakah yang lebih penting dari jujur? Sehingga kita tega membohongi diri kita sendiri. Sehingga kita meragukan anugerah yang telah diberikan-Nya kepada kita. Jika kita sudah tidak percaya pada diri kita sendiri, lalu apa orang lain mau dan akan percaya pada kita? Itukah yang kita inginkan? Menjadi orang yang tidak lagi dipercaya?

Lalu nilai apakah yang lebih penting dari jujur? Sehingga kita tega menyakiti orang lain. Pernahkah kita membayangkan menjadi mereka-mereka yang belajar keras; bahkan mungkin sampai tidak tidur. Pernahkan membayangkan menjadi mereka-mereka yang susah payah diuji, baik fikriyah dan ruhiyah; karena jujur mereka juga sedang diuji. Pernahkah membayangkan menjadi mereka-mereka itu, yang ternyata mendapat haasil lebih kecil dibandingkan mereka yang lupa apa itu jujur. Pernahkah kita membayangkan hal itu? Hati gw teriris, ketika mendengar salah satu dari mereka ini menangis, merasa tertekan karena menjadi satu dari sedikit orang yang masih berusaha untuk tidak goyah. 

Lalu nilai apakah yang kita anggap lebih penting dari jujur? Sehingga kita berani untuk berbuat seperti itu. Apakah kita sudah tidak lagi merasa takut, merasa bersalah? Apakah kita memang sudah bukan lagi manusia? Apakah hati kita sudah mengeras sampai kita berani membohongi orang lain. Mungkin guru kita tidak tahu apa yang kita perbuat. Tapi bagaimana dengan Allah? Sekeras apa hati kita, sampai kita berani berusaha membohongi-Nya?

Lalu nilai apakah yang lebih penting dari jujur?

Inikah yang katanya siswa-siswi terbaik? Inikah yang katanya orang-orang yang punya mimpi? Inikah yang katanya calon pemimpin masa depan? Benarkah itu? Benarkah bahwa itu kita?

Masihkah kita manusia jika jujur tak lagi ada? Bukankah kita sama saja dengan binatang, jika hanya punya rakus, licik, dan cerdik. Lalu apa bedanya kita dengan binatang  jika sama-sama mengutamakan nafsu  belaka?

Masihkah kita diam ketika kita sudah mampu membeda? Masihkah kita begini saja walau hati sudah merasa? Tidak kah kita ingin berubah?


Biar, biar hati yang jawab semua.

Jujur, kali ini gw berusaha jujur. Gw menulis ini bukan karena gw sakit hati. Tulisan ini tidak juga dibuat untuk sekedar mencurahkan segenap emosi. Sama sekali tidak. Gw hanya ingin menyuarakan apa yang memang pernah gw dengar dari orang-orang di sekitar gw; mereka yang mungkin masih saja bungkam sampai detik ini.

Siapa pun yang membaca bebas berkomentar. Siapa pun yang membaca bebas melakukan apa pun, tapi toh gw juga memiliki kebebasan untuk berpendapat kan? Kita sama-sama merenung saja. Gw menulis ini salah satunya memang untuk diri gw juga. Gw mohon maaf bila ada yang tersinggung. Indonesia, butuh pemuda-pemudinya yang memiliki integritas. Ingat, Indonesia akan jaya, ketika ada di tangan kita! Insha Allah.

Wallu'alam bisshawab,

You Might Also Like

5 comments

  1. Seolah postingan ini telah dijodohkan dengan perasaan gw... Kadang ngerasa ga terima. Tapi kita bisa meyakinkan diri kok, bahwa Allah akan mengganti semuanya...

    Istighfar ah, gw juga ngerasa ga bersih. Ga bisa terlalu nyalahin lingkungan, harus memantapkan hati juga...

    ReplyDelete
  2. berteguh dalam kebaikan emang ga gampang, tapi bisa diusahakan. yuk sama2 dan saling ngingetin. soal perbandingan hasil sama yang ga jujur, tenang aja.. Allah ga pernah tidur :)

    ReplyDelete
  3. Teteh, semangaaat (∩_∩) ! biarlah rahmat melalui tangan tangan kuasa Allah yg bekerja, hanya Dia yg berhak membolak balikan hati manusia :')

    ReplyDelete
  4. @wawi ayo sama sama jadi lebih baik. jadi emas yang tetap emas dalam kubangan hitam kelam sekali pun :)
    @teh cune iya teh. masih percaya kalau Allah selalu lebih tahu, dan selalu adil. mudah-mudahan bisa terus percaya
    @indi iya ndi, makasih udah ngingetin hal itu. tapi setidaknya, seperti dalam firman-Nya, "... saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran."

    ReplyDelete
  5. percayalah, motif saya komentar di sini sebenarnya biar kamu nyoba mampir baca tulisan di blog saya.

    ReplyDelete

ayo komen disini :)

Popular Posts