Kertasnya sudah lusuh, akibat kupeang, kugenggam terus-menerus. Wajahku masih terasa panas sejak tadi, entah semerah apa warnanya sekarang. Penglihatanku semakin lama semakin kabur, terhalang bulir-bulir air yang terus kujaga agar tidak jatuh dan mengalir deras.

Ternyata sesakit ini rasanya, batinku. Optimisme yang elama ini selalu berusaha kujunjung tinggi-tinggi runtuh seketika. Semangat yang selama ini selalu berusaha kupupuk seketika menjadi layu. Nyatanya, aku belum cukup kuat. Nyatanya benteng yang selama ini kubangun tak sekokoh yang kubayangkan.

Hanya dua kata. Hanya sepuluh huruf. Hanya tulisan TIDAK LULUS. Namun itu saja bisa dengan mudahnya melesakkanku ke dalam jurang keputusasaan. Selama ini aku selalu berusaha memotivasi diriku sendiri. Selama ini aku selalu berusaha menjaga mimpi-mimpi yang kugantungkan sejak kecil. Aku jatuh dan bangun berkali-kali. Tapi mimpi-mimpi itu tak pernah sekalipun kupindahkan dari tempat dimana mereka kugantungkan.

Kali ini, aku sudah terlalu sakit hati.  Andai hanya dua kata iu. Andai hanya sepuluh huruf itu. Tapi nyatanya, masih ada lagi. Tapi nyatanya harus ditambah dengan dua orang itu; yang sejak dulu kuharap dapat mendorongku. Tapi nyatanya, wanita itu malah menghalang-halangiku. Tapi nyatanya, pria itu sama sekali tak peduli padaku.

Entah apalagi usaha yang dapat kulakuakan. Entah setelah ini aku akan berbuat apa. Rasanya gambaran bahwa aku akan ke sana semakin kabur. Jalannya kembali diselimuti kabut, kali ni jauh lebih tebal dari sebelumnya. Rasanya saat ini sangat sulit mewujudkannya. Bahkan rasanya sangat sulit untuk masih berusaha percaya; bahwa semua akan indah pada waktunya. Namun mimpi itu masih ada, entah seberapa banyak yang tersisa. Aku masih ingin ke Jerman.