Mama dan Dunianya

7:59 AM

Mama saya seorang guru bahasa Inggris. Bagaimana dan mengapa ia menduduki profesi itu tidak akan saya utarakan di sini. Well, ikuti dulu saja cerita saya J Lama ia mengajar nyaris sama persis dengan usia saya saat ini. Ia mengajar di lembaga bahasa swasta –sebut saja tempat les bahasa Inggris, dan juga membuka kelas-kelas kecil di rumah.

Saya sering ada di kelas ketika Mama mengajar. Terkadang menjadi asisten, atau sekadar menjadi penonton. Semasa kecil saya juga sering di bawanya ke tempat kerja dan menunggu di ruang guru. Saya melihat dan menyaksikan apa yang beliau lakukan di dalam kelas, dan apa yang beliau persiapkan sebelumnya. Saya menjadi saksi atas antusiasme dan semangat yang ia bangun dalam kelasnya. Juga menjadi perekam atas ucapan salah seorang kerabatnya,
“Your Mom is one of the best English teachers I’ve ever known.”
Saya menjadi penonton atas apa yang Mama lakukan. Tapi di balik itu semua saya tidak pernah benar-benar mengerti apa yang membuatnya hebat. Saya tidak benar-benar menyadari bagaimana metode yang beliau terapkan sehingga bisa mencuri hati murid-muridnya, menjadi “orang yang dipandang” oleh guru-guru lain.

***

Melalui Skhole, program volunteering “ITB Mengajar” yang saya ikuti, sedikit banyak saya bisa mendekati dunia yang ditinggali Mama. Mengajar anak-anak ternyata tidaklah mudah. Ah, izinkan saya untuk berkata: itu sulit! Fokus mereka mudah sekali teralihkan. Jangan harap mereka mau duduk manis dan mendengarkan dalam diam, terkadang untuk melerai mereka yang berkelahi saja sulitnya minta ampun. Belum lagi ketika mereka mengajukan pertanyaan iseng-kreatif yang membuat kita mati kutu.

Pada akhirnya kesulitan-kesulitan itu memang terbayar; lewat ungkapan-ungkapan kecil mereka yang menunjukkan kepahaman, lewat ulah usil dan konyol mereka, dan lewat kesederhanaan dan keluguan tingkah anak-anak pada umumnya. Tak jarang saya senyum-senyum sendiri kala me-review apa saja yang terjadi dalam satu hari. Rasanya setiap pulang mengajar selalu ada hal yang ingin saya ceritakan kepada Mama, sesederhana apapun kisahnya. Karena rasanya beliau bisa mengerti apa yang saya rasakan.

***

Hari ini, 18 November 2012, pertama kalinya saya mengikuti Training for Teachers (TFT) untuk Kakak Pembimbing Skhole 2012. Harusnya ini sudah jadi yang ketiga, tetapi saya berhalangan hadir di dua pertemuan sebelumnya. Yang membuat saya hadir hari ini adalah iming-iming perjumpaan dengan kakak PengajarMuda. Tetapi ternyata, saya  mendapatkan lebih dari itu J

Kami diajarkan membuat silabus pembelajaran dan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Di dalam silabus itu tercakup Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar –yang menjabarkan standar kompetensi, dan juga Indikator –yang menjadi parameter keberhasilan penyampaian materi kompetensi dasar, serta jumlah pertemuan yang dibutuhkan untuk menyampaikan kompetensi dasar tersebut. Sedangkan RPP adalah petunjuk pelaksanaan yang dibuat guru untuk setiap pertemuan – kalau di kepanitiaan acara kita mengenalnya dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) atau teknis lapangan (teklap).

Setelah membuat kedua komponen tadi, kami langsung melakukan simulasi atas RPP yang kami ciptakan di depan Kakak-kakak Skhole lainnya dan dua orang kakak PengajarMuda. Dan… jengjengjengjeng kacau balau! HAHA. Itu yang saya rasakan setelah kami mempratikkannya. Banyak yang terlupakan, banyak yang praktiknya tidak semudah bayangan kami. Simulasi itu diakhiri dengan evaluasi dari kakak-kakak tingkat kami. Well, pada intinya kami harus bisa lebih berpegang pada RPP dan menguasai manajemen kelas agar bisa mencapai Kompetensi Dasar yang telah ditentukan.

***

Sharing dengan Kak Agung dan Kak Sandra bagi saya adalah sesi yang sangat menggugah. Mulai dari diperlihatkan film tentang Indonesia Mengajar, materi tentang Multiple Intelligences, sampai tanya-jawab random seputar pembelajaran di kelas. Sumpah, saya benar-benar excited.

Di akhir pertemuan kami, entah kenapa tiba-tiba saya menjadi sangat melankolis. Tips-tips mengajar yang kedua kakak itu berikan mengingatkan saya kepada Mama.

Kakak-kakak itu berujar…
“Kami diajarkan untuk membuat perjanjian kelas di awal pertemuan. Jadi mereka secara konstruktif mereka terlibat dalam pembuatan peraturan itu dengan mengusulkan aturan dan bersama-sama menyetujuinya.” Mama melakukan itu.
“Jadi kalian harus menyesuaikan permainan yang akan dilakukan dengan target usianya.” Mama melakukan itu. Bahkan stok permainannya sungguh banyak, dan terus diperbanyak. Dari yang diibeli sampai yang dibuat sendiri, agar bisa dipakai pada saat yang tepat untuk target yang tepat.
“Bagaimana caranya agar RPP yang kita buat itu bisa mencakup berbagai karakter belajar yang ada.” Mama melakukan itu, mengeksplor berbagai metode mengajar agar tidak membosankan.
Saya juga jadi teringat bagaimana beliau bahkan tidur di dini hari, dan pernah tidak tidur, ketika menyiapkan materi yang memang belum terlalu dikuasainya untuk kelas esok hari. Saya ingat bagaimana tekunnya Mama mewarnai kartu-kartu bergambar buatannya untuk kelas anak-anak. Saya juga ingat bagaimana beliau bisa ingat murid-muridnya secara personal –yang beberapa merupakan teman SMA saya dan menjadi bahan gosip kami berdua. Saya ingat itu semua.

Kini saya mengerti mengapa teman-teman saya menjadikan Mama sebagai salah satu guru favorit mereka. Kini saya paham mengapa salah satu temannya berujar seperti itu. Kini saya tahu, saya punya bahan rujukan yang luar biasa. Nyata, di depan mata saya, dengan dedikasi yang luar biasa –karena saya tahu Mama tidak pernah mengharap uang dari jam kerjanya. Ia memang mengajar karena cinta J

You Might Also Like

2 comments

ayo komen disini :)

Popular Posts